Menitipkan Masalah Besar Lingkungan Hidup Kepada Presiden

Masalah Besar yang bersifat global yang dihadapi umat manusia dewasa ini adalah krisis ekologi dan krisis moral. Krisis ekologi yang dihadapi umat manusia berakar dari sikapnya yang kurang memperhatikan norma-norma moral dalam hubungannya dengan lingkungan hidup secara luas. Kondisi tersebut makin diperparah dengan minimnya pengertian dan pemahaman secara ilmiah warga masyarakat terhadap aspek-aspek penting dari lingkungan hidup. Walhasil, minimnya moral dan pengetahuan - ditambah lagi dengan krisis ekonomi - menjadikan lingkungan hidup dan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai korban dari respon manusia menghadapi kondisi yang menerpa dirinya.

Dalam rangka menyikapi kondisi lingkungan hidup yang semakin gawat itulah, sangatlah tepat jika kita memulai secara kritis untuk membangun "etika lingkungan". Diperlukan moral bangsa Indonesia di bidang lingkungan hidup yang dilandasi oleh kesatuan dari tiga (3) pilar utama, yaitu intelektual, spiritual, dan emosional. Pengetahuan kita terhadap seluruh SDA yang kita miliki sangat terbatas, namun di lain pihak pemanfaatannya sudah sangat intensif. Potensi SDA ini belum terinventarisir secara keseluruhan dan kegiatan penelitian untuk mengungkap manfaatnya juga sangat terbatasi. Akibatnya ada hambatan dalam upaya pemanfaatannya secara luas dan bijaksana.

Berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terus meningkat sangat erat kaitannya dengan kemampuan pengelolaan SDA dan lingkungannya, dimana secara umum berbagai praktik pengelolaannya dilaksanakan tanpa memperhatikan hukum-hukum ekologi. Mereka hanya menggunakan pertimbangan ekonomi untuk mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya, tanpa memikirkan dampaknya di kemudian hari terhadap lingkungan (termasuk manusia).

SDA yang kita miliki terbentuk dari proses mata rantai yang sangat panjang, saling terkait, dan saling tergantung satu sama lainnya. Satu unsur saja hilang menyebabkan terganggunya seluru mata rantai jaringan kehidupan. Untuk itu, ke depan kita harus mempromosikan implementasi pembangunan berwawasan lingkungan, dimana setiap individu, organisasi, maupun lembaga secara konsisten harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan kebijakan pembangunan terlanjutkan itu.

Mencermati hal-hal di atas, presiden Indonesia terpilih mendatang hendaknya mempunyai kebijakan berlandaskan pengembangan moral lingkungan hidup, suatu kebijakan yang dapat mengembangkan kesetaraan antara kepentingan ekonomi dengan ekologi. Atau suatu kebijakan yang mampu mengimplementasikan konservasi dalam pengelolaan SDA dan lingkungannya di negara yang kita cintai ini.

Walau pada akhirnya kemampuan dalam menyelamatkan SDA dan lingkungan hidup ini sangat tergantung dari kerjasama dan kemampuan seluruh bangsa Indonesia, tapi presiden mendatang sangat menentukan jalan atau tidaknya kebijakan di bidang lingkungan Indonesia.

Semoga pembangunan terlanjutkan atau pembangunan berkelanjutan ataupun pembangunan berwawasan lingkungan yang dasar-dasarnya sudah diletakkan sejak 1992 akan dapat terimplementasikan pada periode pemerintahan 2009 ke depan. Berbagai praktik pengelolaan SDA dan lingkungan yang salah harus segera dihentikan, dan digantikan dengan tepat yang memperhatikan aspek ekonomi dan ekologi jangka panjang.

siapapun presidennya
tolong seimbangkan peningkatan
taraf ekonomi rakyat
dengan
penyelamatan ekologi




Digubah ulang sesuai dengan kondisi sekarang dari buku :
Prof. Dr. Hadi Alikodra, et.al
Global Warming : Banjir dan Tragedi Pembalakan Hutan
Bab : Titip Lingkungan Hidup Untuk Presiden Mendatang
Bagian : Masalah Besar