Tembok

Tembok disamping rumah ini tingginya 2 meteran. Kadang sering manggil tetangga sebelah via tembok ini aja plus dengan sedikit tereakan menggema dengan suara fales bin gedombrangan. Kadang ngobrol ma tetangga di tembok ini juga. Di dekat tembok ini ada kursi yang sering juga kupakai duduk-duduk sore sambil menyeruput teh panas legi kenthel alias nasgitel kata orang Jogja. Tapi jarang juga seeeeeh duduk-duduk sore, karena pulang kantornya kadang udah lepas maghrib baru nyampe rumah. Tetangga pun kadang melakukan hal yang sama karena mereka juga meletakkan kursi dekat sebalik tembok untuk duduk-duduk sore. Mereka adalah sepasang suami isteri, dan sepertinya sang istri sedang dalam keadaan hamil. Abisaaaan sering terdengar dia kek mau muntah hueeeek...hueeekkkk... gitu deh. Mereka baru menikah 3 bulan.

Seperti sore ini ketika aku sedang duduk sambil menikmati secangkir teh nasgitel plus menghisap sebatang rokok kretek, terdengar suara dua orang ngobrol di sebelah. Mereka suami isteri tetangga sebelah. Suami adalah seorang Pegawai Negeri bernama Harry dan isterinya bernama Ayu adalah ibu rumah tangga, kedua-duanya pindahan dari Jogjakarta. Mereka pindah karena Harry dipindah-tugaskan ke Pekanbaru. Aku lagi malas menyapa karena masih ingin menikmati kenikmatan teh nasgitel dan sebatang rokok kretek yang mungkin tidak bisa kurasakan lagi jika aku mati. Husssh... kok malah jadi kepikiran mati. Lha iyalaaaah... siap ga siap aku harus mati memenuhi panggilan-Nya.

Masih kudengar mereka mengobrol, dari soal mencari nama calon bayi, biaya melahirkan, dan hal lain. tetapi telingaku langsung tegak ketika namaku disebut-sebut dengan lantangnya. Cieeee... kek upacara 17-an yang mana komandannya memberikan komando dengan lantang.

Ayu
:
Bang Atta tuh apa ga kena marah ma yang punya tanah di depan?
Harry
:
Emangnya kenapa?
Ayu
:
Bang Atta nanam pohon di tanah kosong depan itu lho, apa ga kena marah ma yang punya tanah?
Harry
:
Kenapa harus dimarahi, kan dia ga nyaplok tanah orang, cuma memanfaatin tanah kosong untuk nanam beberapa bibit pohon. Pohon itu, kata bang Atta, untuk penghijauan aja.
Ayu
:
O.. baguslah daripada nyaplok tanah orang kek perusahaan-perusahaan perkebunan dan perusahaan pengusahaan hutan. Padahal itu tanah masyarakat desa. Apa namanya mas... tanah ulat apa gitu?
Harry
:
Tanah Ulayat kaleee...
Ayu
:
Haaa... itu lah Tanah Ulayat khan milik masyarakat desa. Kok bisa-bisanya dicaplok oleh perusahaan perkebunan dan itu tuh... perusahaan pengusahaan hutan apalah namanya.. lupa.
Harry
:
Ya mereka mencaplok melalui surat izin yang turunnya dari langit.
Ayu
:
Kok dari langit? Ujaaaan kaleee...
Harry
:
Maksudnya surat izin mengelola lahan yang diturunkan dari pejabat menteri lah, gubernur laah, bupati laah. Lha wong pejabat itu ga tau padahal lahan itu adalah Tanah Ulayat milik masyarakat.
Ayu
:
Pejabatnya disogok pake duit kali ya Mas?
Harry
:
Disiram air eeeh disinyalir begitulah.
Ayu
:
Kok mau seeeh pejabat itu nerima duit lalu akibatnya menyengsarakan masyarakat?
Harry
:
Hmmmm....

Sepertinya obrolan ini menjadi memanas mungkin bentar lagi mendidih bagaikan air dijerang di atas kompor gas 3 kilogram yang suka meledak meletup.
Ayu
:
Hmmmm... apaan bang?
Harry
:
Hmmm... tadi manggilnya mas, sekarang bang, ntar apa lagi?
Ayu
:
Yeeee.... mas dari jawa, abang dari pekanbaru sinilah, uda ato ajo dari sumatera barat. Hehehehe... ga apalah bang. Namanya juga menyesuaikan diri dengan kehidupan Melayu sini. Ya ... udah jawab dong pertanyaan tadi.
Harry
:
Mereka pejabat-pejabat itu butuh duit.

diam..............
Ayu
:
Duit? Untuk apa kenapa bagaimana? Mereka khan kaya
Harry
:
Mereka masih butuh duit untuk mengganti rugi seluruh biaya ketika mereka berusaha menjadi pejabat. Mereka duduk di jabatan tinggi itu baik melalui pilkada maupun di jabatan struktural itu membutuhkan duit untuk menyogok pejabat di atasnya lagi, atau juga untuk menyogok masyarakat agar memilih mereka ketika pilkada.
Ayu
:
Terus...?
Harry
:
Biaya tersebut besar sehingga bisa-bisa menguras harta bendanya. Tentu saja mereka harus mengembalikan harta bendanya kalo bisa berlebih. Ataupun jika melalui partai, tentu saja mereka harus membayar biaya yang telah dikeluarkan partai dan sekali lagi.... kalo bisa berlebih.
Ayu
:
Kenapa harus berlebih?
Harry
:
Nah ini dia sifat dasar manusia yaitu.... tidak pernah merasa cukup, tidak pernah merasa puas, tidak mengingat bahwa mengambil keuntungan berlebih-lebih itu adalah dosa. Menerima sogokan itu aja dah dosa ditambah dengan niatnya untuk mengembalikan seluruh harta benda yang dikeluarkan untuk biaya tadi telah berlebih-lebihan. Itu namanya DOSA GANDA CAMPURAN.
Ayu
:
Halaaaah.. kek maen bulutangkis aja. Terus kok ga ketahuan?
Harry
:
Hmmmm.... sogok menyogok itu perlu kelihaian bak detektif. Menyogok itu adalah pekerjaan penjahit eeeeh... penjahat. Dan biasanya penjahat lebih maju selangkah dalam menyembunyikan kejahatan. Sehingga tidak ato susah nangkepinnya.
Ayu
:
Tukang tangkapnya juga kena sogok...
Harry
:
Hehehehe... begitulah. Tukang tangkap yang nangkepin tukang sogok itu juga kena sogok. Tukang tangkap itu banyak lho misalnya Tim Tas Belanja eeeh... Tim Tas Tipikor, Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian, Kejaksaan, BPK/BPKP, Inspektorat Pengawasan di masing2 instansi dan pemerintah pusat serta daerah.

hening.................
Ayu
:
Kok gitu ya?
Harry
:
Yaaa begitulah... Kadang rakyat juga cuek ato tidak tertarik atao mungkin mudah dibohongi. Kadang juga kontrol dari tukang tangkep yang tidak begitu menggigit dan juga kurangnya kontrol sosial masyarakat.
Ayu
:
Kok masyarakat diikut-ikutkan seeeh?
Harry
:
Isteriku sayaaaang... denger ya, korupsi berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan.
Ayu
:
Sistemik...sistemik... kek kasus mba century aja.
Harry
:
Bank Century? kok mba?
Ayu
:
Ya ... bank century. Enak aja manggil mba karena penyelesaiannya begitu lambat, begitu meghal meghol seperti mba-mba yang sedang berjalan di sore hari. Nyante abiiiiissss deh penyelesaiannya. Ga mikir apa mereka itu ma duit nasabah yang hancur babak belur.
Harry
:
Nah... jika itu benar merupakan tindakan korupsi, berarti kontrol perusahaan mba century itu pun tidak jalan, kontrol Bank Indonesia tersendat-sendat. Ingat ya isteriku tersayaaaaaaaaang... korupsi itu terjadi karena ada dua pihak yang membutuhkan. Kata emak ... SUPLY AND DEMAND ON CORRUPTION gitu deh kalo ga salah. Maklum bahasa Inggris mas masih blepotan.
Ayu
:
Kok nyampur ke teori ekonomi pula neh bang.
Harry
:
Begini...
Ayu
:
Begitu juga boleh...

Aneh... mereka ini ngomong bercanda nyampur serius, kadang ngomong serius dicampur sari pake bercanda.
Aku pun masih nguping obrolan mereka.

Harry
:
Dalam ekonomi, suatu transaksi terjadi karena ada dua pihak yang saling membutuhkan. Jaman purba kita menyebutnya barteran. Jaman sekarang namanya jual beli. Satu pihak misalnya membutuhkan duit, pihak lain misalnya membutuhkan surat izin pengusahaan hutan demi lahan yang luas atau membutuhkan bagi terdakwa suatu kasus agar hukumannya hilang atau diminimalkan. Sebagian lain membutuhkan KTP nya cepet siap, padahal data diri pembuat KTP itu ga ada. Ada juga yang meminta ijin judi. Ada juga perusahaan yang mau atau minta dikurangi pajaknya. Aaaaah... banyak lah kebutuhan orang swasta
Ayu
:
Lalu...?
Harry
:
Dari sisi pejabat, mereka itu tadi yang membutuhkan duit atau apalah.

Hening lagi....
Jadi serius neh obrolannya

Ayu
:
Tapi itu khan menyengsarakan rakyat. Padahal mereka selalu bilang "ini rakyatku... rakyatku... rakyatku..."
Harry
:
Rakyat yang dibuat sengsara oleh pejabat. Mereka tega melakukan hal itu karena mereka tidak punya otak.
Ayu
:
Huuuusss... jangan kasar gitu dooong bang
Harry
:
Lho beneran ini. Mereka ga punya otak dan pikiran atau otak dan pikiran mereka ditinggalkan di sembarang tempat, sehingga tidak bisa berpikir dengan logika mana yang benar dan mana yang salah. Dan mereka juga tidak punya moral untuk memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan demikian maka mereka tidak melihat sesuatu itu TIDAK WAJAR, tetapi mereka melihat apa yang mereka lakukan dengan menyogok dan menerima sogokan itu adalah WAJAR. Lalu mereka menganggap bahwa tindakan sogok menyogok adalah BENAR karena melakukan keSALAHan secara berjamaah atau secara sistemik begitulah.

Baaaah... aku terpana bin terkejut binti terdiam...
Ya iyalah... aku harus diam. Kalo ribut-ribut ntar mereka tau kalo aku lagi nguping obrolan mereka
Hehehehehe....

Ayu
:
Astaga...
Harry
:
Namanya juga ga ada otak, pikiran, logika, moral dan hati plus muka tembok. Campur aduk deh.
Ayu
:
Lha terus... jalan keluarnya?

Harry diam
Ayu diam
Aku pun juga diam
tentu aja... aku tetap ga boleh ribut-ribut hhihihihi...

Harry
:
Ya berikanlah mereka pelajaran anak SD jaman mas dulu.
Ayu
:
Apaan tuh?
Harry
:
Karena mereka ga punya otak, pikiran, logika dan moral maka mereka perlu kembali belajar PMP alias Pendidikan Moral Pancasila, sekarang namanya PPKN alias Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pelajaran ini menjelaskan tentang moral manusia Indonesia sesuai Pancasila sebagai dasar negara, dasar hukum, sumber dari segala sumber hukum.
Ayu
:
Lalu...?
Harry
:
Mereka harus mendekatkan diri dengan Tuhan, memperkuat iman, memperbanyak ibadah, memperdalam kajian syurga dan neraka, mengembalikan mereka ke jalur agama masing-masing kira-kira begitulah. Dalam Pancasila terutama sila pertama disebutkan "Ketuhanan Yang Maha Esa" alias "Belief in the one and only God", begitu kata emak dalam bahasa Inggris. Nilai Ketuhanan mengandung arti pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta serta menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis.
Ayu
:
Hmmmm...
Harry
:
Dengan agama, dengan iman, dengan dekatnya Tuhan, dengan mengetahui syurga dan neraka, diharapkan mereka tidak mau melakukan kejahatan, salah satunya korupsi binti sogok menyogok.
Ayu
:
Mereka khan beragama...
Harry
:
Ya... mereka beragama tetapi tidak menjalankan agamanya dengan baik.


Aku pun bertereak dalam hati...
INGATKAN MEREKA TENTANG MORALITAS
INGATKAN MEREKA TENTANG TUHAN
INGATKAN MEREKA TENTANG NERAKA JAHANAM

Mari hancurkan TEMBOK penghalang untuk berbuat baik.
Tembok yang telah menghalangi mereka untuk berbuat kebaikan.
Tembok yang telah menghalangi mereka untuk meninggalkan tindak kejahatan.

Do'akan mereka agar bisa melompati ataupun menghancurkan TEMBOK yang telah melingkupi mereka sehingga mereka selalu berada di dalam lingkungan tindak korupsi, sogok menyogok dan seluruh kejahatan lainnya.

yuk... shalat yuk...
dah mau maghrib
psssst... Jangan bilang-bilang kalo aku nguping obrolan mereka ya
mohon maaf kepada Ayu dan Harry, karena aku telah ikut mendengar obrolan kalian. Tapi obrolan kalian asiiik banget deh.



===================================

Cerita Sejenis :
IMF dan Kehancuran Hutan Indonesia
KPK Menyadap Telepon

Dalam kumpulan cerita Menyadap Ayu dan Harry

Tulisan ini diikutsertakan dalam “Anti Korupsi Blogpost Competition“ dari www.ceritainspirasi.net