Kompor Jarak (Jatrupha curcas L) Membantu Keluarga Miskin

Dalam rangka penjajagan aplikasi teknologi tepat guna (TTG) untuk meningkatkan kapasitas produksi, pengolahan dan pemasaran produk-produk usaha mikro perempuan, Sekretaris dan Deputi Bidang Pemberdayaan Perempuan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat pada bulan Agustus 2008 menyelenggarakan rapat koordinasi dengan Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BBP-TTG) LIPI di Subang, dan dilanjutkan dengan peninjauan ke CV. Cihanjuang Inti Teknik (CIT) di Cimahi, Jawa Barat. Dari sekian banyak TTG yang dikembangkan, salah satu produk TTG yang menarik perhatian adalah kompor jarak (jatrupha), yang sangat potensial menjadi alternatif bagi ibu-ibu untuk keperluan memasak, ditengah-tengah mahal dan sulitnya memperoleh minyak tanah sekarang ini.


Kompor Jarak juga merupakan jawaban praktis bagi pemanfaatan buah jarak yang pohonnya terlanjur banyak di tanam oleh masyarakat atau yang tumbuh liar di berbagai daerah. Pemerintah beberapa tahun yang lalu memang menganjurkan masyarakat menanam pohon jarak pagar (Jatrupha curcas L), yang gencar dikampanyekan banyak manfaatnya. Katanya selain bisa untuk memperlancar susah BAB, obat sakit gigi (getahnya), makanan ulat sutera (daunnya ?), pupuk dan produksi gas (daging buah), yang terutama adalah bijinya, yang bisa menghasilkan BBM biodiesel dengan tingkat emisi rendah. Orang-orang pinter dari perguruan tinggi beken di Bandung malah sudah membuat itung-itungan untung (tidak ada ruginya) budidaya tanaman jarak. Sebuah perusahaan di Gresik telah memproduksi biodiesel dari minyak kelapa sawit, buah jarak, dan minyak nabati lain, dan memasarkannya ke Jepang, Korea, Hong Kong, Singapura, Australia, dan Jerman. Untungnya besar sehingga akan dibuka lagi beberapa pabrik biodiesel di beberapa daerah.

Maka beramai-ramailah masyarakat menanam Jatrupha, seperti yang dilaporkan Wijanarko (2005), di NTT, Gorontalo, Jawa Tengah (daerah Dulang Mas, Joglo Semar), Jawa Barat (Cindera Mata Sunda), Jawa Timur (Gerbang Kerto Susilo), juga di NAD, NTB, dan masih banyak yang lainnya.

Namun laporan Metro Realitas beberapa waktu yang lalu, para petani penanam pohon jarak di NTB pada kesal karena hasil jarak kering tidak laku dijual karena tidak ada yang beli, sementara mesin press untuk memeras minyak dari buah jarak harganya sangat mahal tidak terjangkau oleh petani.

Maka ketika baru menerawang mencarikan jalan keluar bagi keluhan ibu-ibu yang sekarang kompornya susah menyala karena minyak tanah sangat mahal (bagi ukuran dompet ibu-ibu itu), ada berita kalau di BBP-TTG LIPI di Subang sedang mengembangkan kompor jatrupha dengan menggunakan biji jarak kering tanpa harus diperas dulu minyaknya. Dari demo yang diperagakan, kompor jatrupha-nya menyala panas (sedikit berkobar-kobar), dan kemudian dipakai untuk menggoreng makanan. Namun prototype ini tidak diproduksi massal oleh Balai.

Produksi massal kompor jatrupha ternyata dilakukan oleh CV. Cihanjuang Inti Teknik (CIT), Cimahi, Bandung. Modelnya juga sudah dilengkapi dengan pengatur udara untuk membesarkan dan mengecilkan nyala api kompor. Harganya terjangkau, dan nampaknya sangat cocok untuk membantu ibu-ibu rumah tangga baik untuk memasak maupun untuk usaha kecil rumah tangga. Lebih cocok lagi untuk daerah yang masih ada lahan untuk menanam pohon jarak. Katanya dari 17 pohon jarak, bijinya sudah cukup untuk supply energi bagi keperluan panas-memanas di rumah tangga. Beberapa buah kompor kemudian dibeli untuk percontohan di daerah.

Teman dari LSM Seram, Maluku berkunjung ke kantor. Menurut ceritanya di sana pohon jarak tumbuh liar di lahan-lahan penduduk, sementara harga minyak tanah sangat mahal. Sepertinya kompor jatrupha bisa menjadi alternatif. Dibawanya dua kompor untuk percontohan di daerahnya. Kemudian jumpa lagi dengan Ibu PKK dari Pidie, Aceh, bercerita tentang hal yang sama, dibawanya lagi dua kompor untuk percontohan.
Beberapa kompor lainnya sudah disiapkan untuk dibawa ke Desa Sifaneha dan Taensala, Kab. Timor Tengah Utara, Prov. NTT. Untuk percontohan juga. Disana pohon jarak sedang dikembangkan, sehingga dengan pemanfaatan biji jarak yang cukup hanya dikeringkan saja (tanpa perlu dipress terlebih dahulu), langsung dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar kompor, maka ibu-ibu rumah tangga pun akan memperoleh manfaat nyata baik untuk memasak bagi rumah tangganya, maupun untuk yang lainnya seperti untuk pemanasan dalam proses pewarnaan benang bagi kerajinan tenun mereka, atau untuk usaha pengolahan makanan, penyulingan minyak atsiri, dan masih banyak yang lainnya.
Sepertinya kompor jatrupha dapat menjadi alternatif yang tepat guna untuk mengatasi mahalnya harga minyak tanah di berbagai daerah. Selain terpenuhinya kebutuhan energi rumah tangga, berbagai perbengkelan di daerah juga memperoleh peluang untuk memproduksi sendiri kompor jatrupha guna memenuhi kebutuhan setempat.

Source :
http://www.menkokesra.go.id/content/view/9147/316/
-------------
Referensi:
Budidaya Pohon Jarak. KUNCI MEMPERSEMPIT JARAK SI KAYA DAN SI MISKIN.
http://www.menkokesra.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=201
Bahan Bakar Alternatif Murah Pengganti Solar: Tinggal Tanam! http://www.itb.ac.id/news/424
Energi Alternatif dari Pohon Jarak, http://www.bexi.co.id/images/_res/perbankan-Energi Alternatif dari Pohon Jarak.pdf