Bersepeda Yuk!!!

Salah satu penyebab pemanasan global adalah panas dan karbon dioksida (dan zat lainnya termasuk timbal) dari kendaraan bermotor. Bagaimana mencegahnya?

Salah satunya adalah dengan pemakaian gas sebagai bahan bakar bagi kendaraan bermotor tersebut. Cuma cara ini harus merombak motor atau membeli motor yang sesuai dengan bahan bakar tersebut. Tentunya ada biaya untuk merubah ke pemakaian bahan bakar gas ini.

Cara lain adalah dengan merubah sikap dan cara berkendara yaitu dengan tidak menggeber gas yang tidak perlu, memanaskan mesin di pagi hari tidak perlu lama, dan beberapa perubahan sikap lainnya. Yang lebih ekstrem adalah dengan mematikan mesin kendaraan di saat lampu persimpangan jalan menyala merah. Jika masih ada waktu 90 detik dari lampu merah menjadi hijau, kita dapat mematikan mesin. Hal ini mudah bagi kendaraan bermotor roda 2 (hal yang selalu kulakukan). Perubahan sikap lain adalah dengan tidak menghidupkan AC mobil jika masih pagi. Nikmati udara sejuk pagi hari, buka kaca jendela mobil anda, jangan hidupkan AC mobil anda.

Cara yang sedang berkembang di Jakarta adalah dengan TIDAK memakai kendaraan bermotor ketika hendak pergi ke kantor. Anda bisa pakai kendaraan umum, atau pakai kendaraan pribadi yang TIDAK MENGGUNAKAN MOTOR.
LHO...???

Iya...
Itu lho kereta angin alias sepeda.
Untuk kawasan Jakarta memang masih sedikit persentase pemakai sepeda daripada pemakai kendaraan bermotor. Pemakai sepeda memang masih harus bersaing ketat dengan pemakai kendaraan bermotor, dan harus memakai masker agar tidak menghirup asap pembuangan kendaraan bermotor.

Sepeda


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Sepeda adalah alat transportasi yang sederhana, tanpa motor sehingga di Indonesia dikenal sebagai kereta angin. Dari bangun sepeda inilah yang akhirnya dibuat sepeda motor
.

Sejarah


Rancangan sepeda Drais, 1817.


Seperti ditulis Ensiklopedia Columbia, nenek moyang sepeda diperkirakan berasal dari Prancis. Menurut kabar sejarah, negeri itu sudah sejak awal abad ke-18 mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk hasil rancang bangun kendaraan dua roda.
Yang pasti, konstruksinya belum mengenal besi. Modelnya pun masih sangat "primitif". Ada yang bilang tanpa engkol, pedal tongkat kemudi (setang). Ada juga yang bilang sudah mengenal engkol dan setang, tapi konstruksinya dari kayu.
Baron Karls Drais von Sauerbronn (lengkapnya bernama Karl Friedrich Christian Ludwig Freiherr Drais von Sauerbronn (Karlsruhe, 29 april 1785 - aldaar, 10 december 1851), adalah seorang Jerman yang pantas dicatat sebagai salah seorang penyempurna velocipede. Velocipede yang awalnya tidak dapat dikendalikan/unsteering (tidak ada steer, tapi masih punya pegangan stang). Tahun 1818, von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden (sekarang Jerman), ia memang butuh sarana transportasi bermobilitas tinggi. Tapi, model yang dikembangkan tampaknya masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda. Sehingga masyarakat menjuluki ciptaan sang Baron sebagai dandy horse.
Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia, membuatkan "mesin" khusus untuk sepeda. Tentu bukan mesin seperti yang dimiliki sepeda motor, tapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah "berani" menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (setang sederhana).
Sedangkan ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya penyempurnaan penemu Prancis, Ernest Michaux pada 1855, dengan membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih stabil. Makin sempurna setelah orang Prancis lainnya, Pierre Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg). Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.
Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan karet sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety dan kenyamanan tetap belum terpecahkan. Karena teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan dan guncangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang. Setengah bercanda, masyarakat menjuluki sepeda Lallement sebagai boneshaker (penggoyang tulang).
Sehingga tidak heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi berguncang.
Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda. Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya. Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan mobil dan sepeda motor, sepeda tetap punya pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik.
Kini, sepeda punya beragam nama dan model. Ada sepeda roda tiga buat balita, sepeda mini, "sepeda kumbang", hingga sepeda tandem buat dikendarai bersama. Bahkan olahraga balap sepeda mengenal sedikitnya tiga macam perangkat lomba. Yakni "sepeda jalan raya" untuk jalanan mulus yang memiliki sampai 16 kombinasi gir yang berbeda, "sepeda track" dengan hanya 1 gigi serta "sepeda gunung" yang memiliki 24 gigi.


(tulisan akan dilanjutkan dengan perkembangan sepeda dari tahun ke tahun).