07 - Nenas - Sentra Penanaman

Penanaman nanas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika Selatan, Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nanas ditanam di negara-negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di daerah Sumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Pada masa mendatang amat memungkinkan propinsi lain memprioritaskan pengembangan nanas dalam skala yang lebih luas dari tahun-tahun sebelumnya. Luas panen nanas di Indonesia + 165.690 hektar atau 25,24% dari sasaran panen buah-buahan nasional (657.000 hektar). Beberapa tahun terakhir luas areal tanaman nanas menempati urutan pertama dari 13 jenis buah-buahan komersial yang dibudidayakan di Indonesia.

Peta Produksi Nenas Indonesia 2005




Peta Produksi Nenas Indonesia 2006



POTENSI BUDIDAYA NANAS DI KALIMANTAN BARAT
Dua puluh lima tahun yang lalu, Kalbar dikenal dengan hasil hutannya, terutama kayu gelondongan, yang sangat melimpah hingga eksploitasi besar-besaran pun terjadi secara serentak tanpa memperhitungkan perencanaan yang matang. Akibatnya, sumber bahan baku kayu semakin sulit dicari dan sektor industri pengolahan kayu pun mengalami kehancuran. Dengan terpaksa, banyak pelaku usaha yang gulung tikar atau mencari alternatif lahan usaha lainnya, seperti sektor pertanian yang kemudian menjadi sentra kegiatan ekonomi baru di Kalimantan Barat.

Wilayah Kalimantan Barat yang sebagian besar tanahnya merupakan tanah gambut, memang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah agribisnis holtikultura, salah satunya adalah budidaya nanas. Tanaman nanas memang membutuhkan tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik, seperti yang terkandung dalam tanah gambut. Selain itu, tanaman nanas juga membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun dengan suhu optimum 32°C, sesuai dengan kondisi geografi Kalbar yang dilalui garis kathulistiwa. Kondisi lainnya yang tidak kalah penting adalah permintaan konsentrat nanas dunia yang terus meningkat dan harga jual yang tinggi sejalan dengan peningkatan permintaan luar negeri, seperti Eropa dan Amerika.

Melihat potensi tersebut, salah satu perusahaan di Kalbar, yakni PT. Agro Industri Saribumi Kalbar, telah membangun sebuah pabrik pengolahan nanas didaerah kabupaten Kubu Raya, yang mengolah sari pati nanas menjadi konsentrat/cairan. Pabrik ini mempunyai kapasitas produksi 450 ton nanas per hari atau 30 ton per jam dengan output 3 ton kosentrat nanas per jam. Pasokan nanasnya akan diambil dari produksi lahan inti seluas 3.000 hektar dan lahan plasma seluas 10.000 hektar. Khusus lahan plasma, petani plasma diberi jaminan pembelian seluruh buah yang telah dipanen dengan harga yang terukur sehingga saling menguntungkan.

Petani juga diberikan kesempatan untuk memperoleh pendaanaan dari perbankan sebagai sarana pengembangan usaha, baik usaha utama seperti pembibitan, maupun usaha ikutan, seperti pengolahan daun nanas dan pupuk nanas.

Permasalahnnya adalah pengembangan lahan plasma yang baru mencapai 600 hektar dari target 10.000 hektar. Intensifikasi lahan juga masih kurang dimana jumlah bibit nanas yang ditanam baru mencapai 2.500 batang dari idealnya 10.000 batang per hektar. Oleh karena itu, pihak perusahaan melalui penyuluhan yang mendalam kepada petani plasma agar pemahaman petani mengenai intensifikasi tanaman dapat lebih baik. Kerjasama dengan dinas terkait juga telah dilaksankan guna menselaraskan program pengembangan lahan plasma, khususnya lahan-lahan baru yang berpotensi. Selain itu, pihak perusahaan secara bertahap tahap akan meningkatkan kapasitas produksinya mulai dari 30% di tahun pertama hingga 150% di tahun ketiga sejalan dengan target pasokan bahan baku yang diharapkan akan terus meningkat.

Ekspor Nanas Provinsi Riau Perlu Dukungan Pemerintah
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0507/08/daerah/1877622.htm
Pekanbaru, Kompas - Pemasaran buah nanas Riau yang sudah terkenal sejak puluhan tahun silam tak kunjung cerah. Puluhan ribu buah hasil panen dari lahan gambut ini berkali-kali gagal menjadi komoditas ekspor akibat minimnya perhatian pemerintah, khususnya dalam pengadaan fasilitas angkutan dan kemudahan proses perizinan.

”Malaysia dan Thailand sempat mengadakan perjanjian akan mendatangkan nanas dari Riau. Masalah kualitas dan harga telah disetujui, tetapi begitu menghadapi persoalan kelengkapan fasilitas dan berbelitnya proses perizinan ekspor, perjanjian ekspor itu kandas,” kata Superviser Rumah Nenas Pekanbaru Sardiana, Kamis (7/7/08).

Dikatakan, untuk pengangkutan ke Malaysia saja dibutuhkan waktu sedikitnya empat hari. Dari Kampar atau Pekanbaru nanas dibawa ke Pelabuhan Dumai, dan di pelabuhan itu butuh waktu satu sampai tiga hari untuk proses perizinan dari pihak keamanan dan Bea Cukai.

Dengan demikian, buah nanas tak lagi segar bahkan busuk ketika sampai di tujuan. Ini mestinya bisa disiasati jika pemerintah daerah atau ada investor yang mau membangun fasilitas penyimpanan yang memadai.

Rumah Nenas merupakan pusat pemasaran nanas dari Tambang Hijau Mix Farming dengan luas lahan nanas 150 hektar di Desa Tambang, Kecamatan Tambang, Kampar, yang kini memproduksi 8.000 buah nanas per hari. (nel)

Pengembangan Budidaya Nenas dan Pembangunan Pabrik Pengolah Nenas di Kabupaten Kampar
Tuesday, 05 August 2008

Uraian Proyek
Kesuburan tanah di daerah Riau daratan adalah yang sangat sesuai untuk lahan pertanian dengan bermacam ragam jenis tanaman. Kabupaten Kampar merupakan salah satu daerah pertanian yang memiliki potensi besar untuk pengembangan perkebunan Nenas. Hingga saat ini, pertanian Nenas hanya dilakukan oleh masyarakat tempatan dengan metode yang masih traditional. Agar mampu berkompetisi di pasar lokal dan internasional, kualitas Nenas Kabupaten Kampar harus berada pada level Standar mutu tinggi. Di samping itu, komoditi ini juga perlu mendapatkan perhatian ekstra untuk mendapatkan nilai tambah dan laba bagi para petani.

Dalam mencari solusi terbaik bagi permasalahan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kampar menginginkan kehadiran para Investor terkemuka untuk menanamkan modalnya dalam pengembangan budidaya pertanian nenas dan membangun pabrik pengolahan nenas, seperti pabrik pengalengan Nenas, Selai, dan Jus nenas. Kondisi Eksisting saat ini, areal pertanian nenas yang sudah ditanami mecapai luas 800 hektar dengan produksi sekitar 9.000 ton / tahun.

Pada masa mendatang areal tersebut diharapkan dapat dikembangkan menjadi 1.500 ha. Permasalahan yang sering dihadapi oleh petani adalah ketika jumlah produksi tidak dapat sepenuhnya ditampung oleh pasar, hal ini tentu saja menyebabkan harga jual menurun drastic. Biasanya, buah nenas akan pecah dalam waktu kurang dari seminggu setelah panen.***