Sektor-sektor Investasi Potensial di Bali Utara

Attayaya.net - Pengembangan Jalan Non-Tol Buleleng-Denpasar yang pada pertengahan November 2018 diluncurkan, digadang-gadang sebagai langkah riil dari pemerataan pembangunan di Bali. Selain mendatangkan banyak investasi, pengembangan ini merupakan pemecah kebuntuan atas ketimpangan pembangunan yang terjadi di Utara dan Selatan Bali.

Selama ini, permasalahan ketimpangan pembangunan di Pulau Dewata paling jelas terlihat jika membandingkan wilayah Selatan dengan Utara Bali. Jika dibanding wilayah Utara, Selatan Bali terlihat lebih unggul dan berkembang dikarenakan beberapa sektor unggulannya seperti pariwisata, akomodasi, jasa, perdagangan dan sebagainya telah berkembang sejak lama.

Padahal, jika ditinjau pada sektor-sektor yang sama, kawasan Bali Utara dinilai memiliki potensi yang sama besarnya dengan wilayah selatan.


Dalam beberapa tahun terakhir, beragam investor hadir untuk menanamkan modalnya di Bali Utara, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buleleng saja, hingga juni 2018 (triwulan II), total penerimaan modal di Bali Utara diketahui mencapai Rp118,7 miliar yang terbagi dari Penerimaan Modal Dalam Negeri (PMDN) sebanyak 104,8 miliar dan Penerimaan Modal Asing (PMA) sebanyak Rp13,9 miliar.

Iklim investasi pun dalam beberapa tahun ke depan dikatakan akan berlangsung dengan baik. Selain pengintegrasian infrastruktur shortcut, beberapa rencana pengembangan lainnya seperti pembangunan Bandara Internasional Bali Utara (BIBU), kawasan industri Bali Utara, serta pelabuhan kapal komersil di Celuk Bawang, menjadikan wilayah Bali Utara sebagai area investasi yang menjanjikan.

Bagi masyarakat yang berminat untuk berinvestasi di Bali Utara, ada beberapa sektor potensial yang sangat disarankan untuk dipilih:

Sektor Properti

Dikenal sebagai jenis investasi yang tidak pernah padam, sektor properti di Bali Utara merupakan sektor terbaik. Selain ketersediaan sejumlah tanah dijual untuk dikembangkan baik di wilayah perbukitan ataupun pesisir, terdapat potensi konsumen yang terserap dari tenaga kerja di area kawasan industri yang direncanakan dibangun.

Tino Wijaya, Sekretaris DPD REI Bali, menjelaskan masyarakat di Bali Utara saat ini sangat mendamba munculnya beragam perumahan, terutama hunian terintegrasi dengan beragam fasilitas seperti layaknya sebuah cluster hingga kota mandiri. Ia menjelaskan permintaan hunian masyarakat di utara Bali paling tinggi berada di golongan masyarakat berpendapatan rendah (MBR) dan kelas pendapatan menengah ke atas.

Untuk kalangan MBR, tipe properti rumah murah atau rumah subsidi dengan banderolan 140 jutaan masih menjadi primadona. Sementara itu, untuk pendapatan menengah ke atas, tipe properti yang potensial untuk mendapatkan pasar adalah hunian ekslusif di pesisir pantai.

Sektor Pariwisata

Pasca kemudahan akses yang ditawarkan oleh jalan non tol yang memangkas waktu perjalanan lebih cepat, mobilisasi wisatawan diprediksi akan berkembang dengan besar ke wilayah Bali Utara. Untuk para pemilik modal yang berminat berinvestasi dalam sektor pariwisata, akomodasi perhotelan atau resort di sekitaran destinasi wisata yang berporos pada wilayah pesisir pantai dapat menjadi pilihan yang tepat.

Sektor Pertanian

Pertanian identik dengan salah satu mayoritas mata pencaharian masyarakat di Pulau Bali. Di Bali Utara yang didominasi oleh Kabupaten Buleleng, 65 persen masyarakatnya hidup dari sektor pertanian. Tidak heran jika sektor pertanian sangat dikembangkan di wilayah tersebut, dapat dibuktikan dari anggaran yang digelontorkan pemerintah hingga penerapan teknologi-teknologi baru pertanian. 

Pada 2018 saja, anggaran pertanian meningkat hingga Rp22,07 miliar dibanding sebelumnya yang hanya Rp13,59 miliar. Hal ini tentunya guna memaksimalkan potensi produksi dari tanaman yang ditanam. Ide-ide untuk memaksimalkan produksi, merupakan potensi yang besar untuk berinvestasi dalam sektor agribisnis.