Hutan Heterogen, Masihkah Keasliannya Terjaga?


Attayaya.net - Hutan Heterogen
Hutan di Indonesia memiliki tumbuhan yang beraneka ragam, terutama yang berbentuk pohon. Secara keseluruhan, di Indonesia terdapat + 40.000 jenis tumbuhan, 25.000 – 30.000 jenis di antaranya adalah tumbuhan berbunga, yang merupakan 10 % dari seluruh tumbuhan berbunga di dunia.

Kekayaan hutan yang melimpah ruah tersebut meberikan manfaat kepada penduduk Indonesia maupun bangsa lain. Manusia sejak dulu telah memanfaatkan hutan dan berbagai jasa ekosistem yang ditawarkannya, seperti perlindungan tanah dan penyimpanan air. Sejumlah 1,2 miliar penduduk dunia diperkirakan menggantungkan penghidupan kepada hutan dan sekitar sepertiga total populasi dunia menggunakan bahan bakar biomasa, terutama kayu bakar untuk keperluan memasak dan menghangatkan rumah mereka.


Dalam perputaran iklim, hutan memiliki peran ganda. Deforestasi dan degradasi hutan melepas karbon yang tersimpan dalam pohon atau lahan gambut. Diperkirakan jumlah emisinya mencapai antara 17-20 persen total emisi gas rumah kaca dunia, lebih besar daripada emisi sektor transportasi global.

Pengertian Hutan Heterogen
Definisi dari hutan heterogen atau yang biasa disebut hutan campuran adalah hutan yang terdiri atas bermacam-macam jenis tumbuhan. Hutan hujan tropis merupakan salah satu contoh dari hutan heterogen. Hutan hujan tropika atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan tropis adalah bioma berupa hutan yang selalu basah atau lembap yang dapat ditemui di wilayah sekitar khatulistiwa.

Kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis khatulistiwa. Hutan-hutan ini didapati di Asia, Australia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Meksiko dan Kepulauan Pasifik. Hutan hujan tropika merupakan rumah untuk setengah spesies flora dan fauna di seluruh dunia. Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai "farmasi terbesar dunia" karena hampir 1/4 obat modern berasal dari tumbuhan di hutan hujan ini.

Persebaran hutan hujan tropis di seluruh dunia cukup banyak. Hutan hujan tropika terbentuk di wilayah-wilayah beriklim tropis, dengan curah hujan tahunan minimum berkisar antara 1.750 millimetre (69 in) dan 2.000 millimetre (79 in). Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 °C (64 °F) di sepanjang tahun.

Hutan basah ini tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.200 m dpl., di atas tanah-tanah yang subur atau relatif subur, kering (tidak tergenang air dalam waktu lama), dan tidak memiliki musim kemarau yang nyata (jumlah bulan kering < 2). Hutan hujan tropika merupakan vegetasi yang paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya.

Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. Indonesia termasuk ke dalam negara yang memiliki kekayaan hutan heterogen cukup baik.

Terdapat beberapa hal yang mampu mendorong pengembangan kehutanan di Indonesia, diantaranya adalah, wilayah Indonesia berada di daerah beriklim tropis dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun, sehingga Indonesia tidak pernah mengalami musim gugur seperti negara-negara beriklim subtropis dan sedang, keadaan tanah di Indonesia sangat subur sehingga sangat baik bagi tumbuhnya berbagai jenis pohon dan tumbuh-tumbuhan lainnya.

Tersedianya sumber daya hutan berpotensi dan belum termanfaatkan, yang secara geografis tersebar luas di sebagian besar wilayah Indonesia serta adanya permintaan pasar terhadap hasil hutan indonesia, baik pasar dalam maupun luar negeri yang cenderung meningkat. Sementara beberapa hal yang dapat menghambat pengembangan hutan di Indonesia adalah berkurangnya areal hutan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, hutan ditebang dan dijadikan kawasan permukiman penduduk, pertanian, dan perkebunan.

Masih terdapat sistem pertanian ladang berpindah, terutama diluar Jawa serta terjadinya kebakaran hutan yang disebabkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab juga turut menghambat pengembangan hutan di tanah air. Kendala lain seperti terjadinya penebangan liar dan pencurian kayu di hutan yang dapat merusak hutan dan keanekaragaman hayati.

Usaha reboisasi dan penghijauan yang gagal dan kurang berhasil karena kekurangan dana serta adanya gangguan alam, seperti musim kemarau yang panjang. Seperti yang terjadi dalam beberapa tahun ini. Musim panas semakin panjang, cuaca tidak dapat diprediksi secara alami. Jika dulu kita tahu secara alami bahwa September - Desember adalah hari dimana curah hujan tinggi. Dan alam menjaganya.

Namun kini hujan seolah ditakuti karena menyebabkan banjir. Padahal jika dipikir secara mendalam dengan nurani siapakah yang menjadikan banjir? bukankah banjir karena ulah tangan manusia? jadi kenapa menyalahkan alam?