Nabi Muhammad SAW dan Lingkungan Hidup - 1

Ketika menaklukkan Makkah (fathu al-Makkah), Nabi Muhammad SAW memberikan perintah kepada para sahabatnya : Pertama, jangan menyakiti wanita dan anak-anak. Kedua, jangan melukai dan membunuh orang-orang Quraisy yang sudah menyerah serta tak berdaya. Ketiga, jangan menebang pohon dan membunuh binatang di daerah penaklukan.

Perintah ketiga Nabi Muhammad yang diucapkan 1.500 tahun lalu, kini mulai menguak kesadaran manusia akan pentingnya konservasi dan kelestarian lingkungan hidup. Perintah Nabi Muhammad itu menimbulkan konsekuensi luas, trutama bagi pasukan Islam yang sudah merasakan kekejaman tentara Quraisy. Mereka tak bisa melampiaskan dendamnya kepada orang Quraisy, meski hanya membabat pohon korma dan membunuh onta kesayangan musuhnya. Dalam kaitan ini, Nabi Muhammad melihatnya dari aspek lain yang mementingkan masa depan : kelestarian lingkungan dan ekosistem. Bahkan untuk mendukung pembangunan ekosistem, Nabi Muhammad menyatakan :
"Tanamlah bibit pohon yang ada ditanganmu sekarang juga, meski besok kiamat. Allah akan tetap memperhitungkan pahalanya."

Dari segi pembangunan ekosistem, apa yang dikatakan Nabi Muhammad saat itu, sangat progresif. Jika ummat Islam yang saat ini jumlahnya sekitar satu milyar di dunia melaksanakan apa yang dinyatakan Nabi Muhammad untuk menanam pohon dimana pun berada, niscaya "dunia" Islam akan terlihat hijau dalam arti yang sesungguhnya. Secara kebetulan, sebagian wilayah dunia Islam - terutama di Timur Tengah - adalah gurun pasir.

Perintah Nabi Muhammad tersebut, kalau kita terjemahkan secara scientific perspective, menyuruh ummat Islam saat itu untuk menghijaukan padang pasir. Beberapa negara kaya minyak seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Kuwait saat ini telah melakukan program penghijauan besar-besaran. Dengan memakai pipa-pipa air dan menutup pasir dengan tanah yang diimpor dari Pakistan, pemerintah UEA misalnya, telah menghijaukan wilayah padang pasir dengan skala yang amat luas. Dengan program penghijauan tersebut, UEA kini tidak hanya makin sejuk udaranya, tapi juga sudah bisa memenuhi kebutuhan sayur mayur dan buah-buahan dari wilayahnya. Dengan cara yang sama, Saudi Arabia dan Kuwait juga, kini sudah berswasembada sayur-mayur dan buah-buahan. Di UEA, misalnya, orang yang menumbangkan pohon dihukum berat dan didenda sangat tinggi, sekitar 5.000 dollar. Menurut Presiden UEA, Syaikh Zaid bin Sulthan an-Nahyan :
jika sebuah bangunan roboh, orang bisa membangunnya kembali hanya beberapa hari, asal ada uang. Tapi jika, sebuah pohon tumbang dan mati, orang harus menunggu tahunan untuk mendapatkan pohon seperti semula

Pendapat Syekh Zaid ini sungguh tepat dan patut diperhatikan bangsa Indonesia. Jangan mentang-mentang banyak hujan, lantas orang dan petugas boleh menebang pohon seenaknya saja. Jangan karena ingin membangun gedung yang megah dan besar, para pengembang lantas seenaknya menebang pohon-pohon besar dan langka. Cobalah meniru UEA atau bahkan Singapura. Betapa indahnya jika di tengah sebuah gedung atau pusat perdagangan ada sebuah space yang ditumbuhi pepohonan, sehingga sirkulasi udara yang mengandung oksigen berjalan alami.


saduran buku :
Prof. Dr. Hadi Alikodra, et.al
Global Warming : Banjir dan Tragedi Pembalakan Hutan
Bab : Nabi Muhammad, Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup