Sudah Efektifkah Penanggulangan Sampah di Kota Pekanbaru

Attayaya.net - Sudah Efektifkah Penanggulangan Sampah di Kota Pekanbaru?

Postingan ini hanya segelintir dari sekian banyak keresahan masyarakat tentang sampah yang masih belum tertanggulangi dengan maksimal khususnya di Pekanbaru. Sudah sejak dulu Saya berusaha untuk konsen meminimalkan sampah yang ada di rumah. Karena saya fikir sampah ini bukan hanya tugas pemda tapi kewajiban tiap individu untuk bertanggung jawab pada sampahnya sendiri. 

Hans Braxmeier

Keprihatinan tentang masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap sampah kadang bikin saya kesel sendiri. Gimana ngga coba, beberapa hari lalu saat sedang berkendara ada seseorang yang dengan seenaknya membuang sampah dari dalam mobil. Sampah itu berbentuk gelas plastik. Habis di pakai dia buka kaca mobil dan mencampakan gelas plastik itu keluar. Karena sedang melaju otomatis gelas plastik itu melayang dan nyaris mengenai pengendara motor di sampingnya. Saya yang berada di belakang pengendara motor itu juga ikut kaget karena tetiba saja ada gelas plastik melayang. Pengendara motor di depan saya geleng-geleng kepala. Mungkin dia kesal, pasti sih kayaknya. Wong saya yang dibelakangnya juga ikutan kesal. Begitulah akhirnya saya yang ngomel-ngomel wkwkkwkw

Bicara soal sampah saya sering berandai-andai. Andai tiap orang sadar bahwa sampah itu bukan hanya urusan petugas kebersihan, pembantu rumah tangga dan pemerintah tapi tanggung jawab tiap orang. Sejatinya kita ini selalu nyampah tiap hari dan sudah menghasilkan sampah sejak dari lahir. Kalau dihitung-hitung sudah berapa ton sampah pribadi yang kita hasilkan. Jika dibiarkan dalam rumah pasti rumah sudah tenggelam oleh sampah.

Di rumah saya menyediakan 3 jenis tempat sampah. Yaitu samapah botol, plastik dan non plastik. Mesipun kadang masih rancu karena anak-anak dan tamu belum faham konsep ini. Sampah plastik isinya segala plastik, sampah botol isinya sampah botol plastik, kaca dan kaleng. Sedangkan sampah non plastik isinya sisa sayuran.

Niatan hati saya ingin mengedukasi anak untuk ikut memilah ketiga jenis sampah ini. Yang jadi prioritas yaitu sampah plastik karena ternyata setelah dipilah, jenis plastik adalah yang paling sering diproduksi. Setelah hampir 4 bulan saya bisa menghasilkan 4 karung sampah plastik. Di Pekanbaru ada beberapa komunitas daur ulang sampah. Awalnya saya berfikir untuk mengirim sampah plastik ini ke salah satu komunitas tersebut. Itupun setelah cari info sana-sini dulu bahwa mereka menerima segala jenis sampah plastik. Wah, bagus ini karena umumnya orang hanya menerima sampah plastik yang tebal saja seperti bungkus minyak goreng, pewangi dll.

Sempat saya bilang juga ke anak. Kalau mau ada uang tambahan, bantu saya untuk memilah sampah, nanti sampahnya akan kita bawa ke komunitas tiiiiittt sengaja ngga disebut ya takutnya timbul fitnah. Untuk di jual, uangnya akan dimasukkan dalam tabungan sampah. Anak saya pun senang. Semangatlah kami berangkat ke komunitas itu untuk mengirimkan sampah plastik yang sudah bersih karena memang kalau kotor saya cuci dulu, kesana. Sesampainya di sana ternyata kami ditolak pemirsah. wkwkwkkw

Petugas bank sampah tersebut bilang kalau mereka hanya menerima sampah plastik tebal seperti yang saya sebut di atas. Loh... sempet kaget kan karena setau saya komunitas ini di danai oleh pemerintah untuk membantu menguraikan soal sampah di Pekanbaru. Dana ini bisa dipakai untuk mengolah sampah plastik menjadi benda yang bisa dipakai kembali. Naluri kepo saya pun bangkit. Sambil mata saya berkeliaran di seputar gudang sampah itu saya memang mendapati sebagian besar hanya berisi gelas plastik, botol plastik, kardus dan plastik tebal saja. Kereseknya ngga ada. Padahal menurut informasi komunitas ini menerima sampah plastik dalam berbagai bentuk untuk di olah kembali. 

Akhirnya saya pulang dengan hati kecewa. Kenapa? karena kalau komunitas yang di danai pemerintahpun masih memilah sampah plastik yang mau mereka terima artinya masalah sampah belum terpecahkan. Sebab sampah plastik bukan hanya setakat gelas, botol dan plastik tebal saja. Lebih dari itu yang paling banyak di produksi tiap rumah justru plastik keresek yang juga membutuhkan waktu lama untuk bisa diurai bumi. Awalnya saya berfikir mereka menggalakan ecobrick dimana bahan-bahannya lebih mudah menggunakan plastik keresek. 

Sempat kecewa dan ingin memilih menggabungkan saja semua sampah seperti dulu tapi itu sama artinya dengan kembali ke zaman batu. Dan saya menolak itu. Saya masih tetap akan mengumpulkan sampah plastik dengan memilih mana yang bisa dijual dan mana yang bisa dipakai sendiri. Ada banyak cara untuk kita bisa membantu beban bumi dalam menanggulangi sampah karena makhluk yang menghasilkan sampah yang tidak bisa diurai hanya manusia. Hewan hanya menghasilkan sampah kotorannya saja.