Perbandingan Korban PLTN dan Pembangkit Listrik Lainnya.

Seorang komentator tanpa nama dan link alamat berkomentar pada postingan "Chernobyl Effects, Jangan Ada PLTN di Indonesia", yang intinya menyatakan bahwa PLTN lebih aman daripada Pembangkit Listrik Tenaga lainnya (Diesel, Batubara, Gas, Biofuel, Biomass, Hydro, Peat). Kemudian dia memberikan link rujukan :
http://www.good.is/post/nuclear-accidents-and-all-coal-is-by-far-the-deadliest-energy-source/
Aku kutip sedikit kalimat di dalamnya :
Coal kills. It's not as cheap as advertised, especially when all of the external costs (health, lost jobs to labor-light mountaintop removal mining, ecosystem degradation, water contamination, and so on) are considered . And it's a ticking time bomb for our atmosphere and climate.

Kemudian artikel itu merujuk juga ke link :
http://www.good.is/post/interactive-chart-deaths-per-twh-by-energy-source/
This interactive visualization, found at the IBM research site Many Eyes, allows you to compare the number of deaths, measured per terawatt-hour (TWh), that can be attributed to each of the main sources of energy worldwide—coal, oil, natural gas, nuclear, hydro, and peat or biomass—against the proportion that each contribute to global energy production.
Artikel ini menyuguhkan data tentang jumlah kematian yang diakibatkan oleh setiap jenis Pembangkit Tenaga Listrik per Tera-Watt-Hour (TWH) yang dihasilkannya.

Terlihat di data tersebut bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Batubara (Coal) telah menyumbang 26 % energi dunia tetapi telah membunuh 161 orang dari setiap TWH yang dihasilkannya. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (Oil) menyumbang 36 % energi dunia tetapi membunuh 36 orang setiap TWH yang dihasilkannya. Demikian seterusnya sampai pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir yang menyumbang menyumbang 5,9% energi dunia dan membunuh hanya 0,04 orang setiap TWH yang dihasilkannya. Data merujuk ke alamat IBM.com :
http://www-958.ibm.com/software/data/cognos/manyeyes/visualizations/2e5d4dcc4fb511e0ae0c000255111976

Suatu sajian data yang aneh jika disejajarkan dengan pernyataan bahwa NUKLIR ADALAH PEMBANGKIT LISTRIK YANG PALING AMAN.

Coba kita ilustrasikan keadaan sebagai berikut :
Sebuah inti Mesin Turbin PLTA (Angin/Wind) meledak. Walaupun hal ini sungguh aneh, tetapi mari kita ukur bahayanya dengan menjawab pertanyaan sederhana berikut ini :
Berapa luas areal yang harus diamankan?
Kemudian kita bandingkan dengan peristiwa Fukushima :
TIDAK ADA LEDAKAN NUKLIR DI FUKUSHIMA. Awalnya tidak terjadi ledakan apapun di Fukushima. Yang terjadi adalah TIDAK ADANYA pasokan listrik ke pompa air pendingin reaktor. Hal ini menyebabkan tekanan reaktor semakin meningkat. Pada tanggal 15 Mei 2011 jam 6.10 terdengar suara aneh di Supresion Tool dan jam 6.14 terdengar suara dan dinding berlobang. Jam 6.42 terjadi kebocoran di Supresion Tool. Silahkan baca kelanjutannya di : Kronologis Ledakan PLTN FUKUSHIMA

Setelah anda baca, coba jawab pertanyaan sederhana ini :
Pertanyaan yang sama seperti ilustrasi kejadian di atas sebelumnya tentang PLTAngin.
Berapa luas areal yang harus diamankan?

Aku punya jawaban sederhana sebagai berikut :
Jika PLTA (angin) mengalami kecelakaan, misalnya dasar pondasi patah yang menyebabkan runtuhnya turbin angin tersebut, palingan luas areal yang diamankan 400 meter (tinggi tiang + panjang kipas dikali 2). Rumus ini hanya berdasarkan pemikiranku jika polisi datang dan memasang garis batas polisi (police-line). Angka 400 meter bisa didapat dari angka kasar Tinggi Turbin Angin dan Panjang Kipas dari Turbin Angin terbesar di dunia. Dapat dibaca di postingan sebelumnya dengan judul : TURBIN ANGIN.

Jika PLTN yang mengalami kecelakaan, polisi tak berani datang karena takut terkena radiasi. Dalam hal ini, polisi pun akan mengarahkan tanggung jawab penanganan kepada pihak yang lebih berkompeten. Lalu polisi tidak bisa memasang garis batas polisi (police-line) karena polisi tidak memiliki persediaan police-line yang cukup banyak untuk menutupi areal aman. Dibutuhkan ribuan meter pita police-line untuk menandakan batas aman.

Dua ilustrasi sederhana itu tidak perlu data yang rumit, tapi kurasa dapat sedikit membuktikan bahwa :
PLTN LEBIH BERBAHAYA DARIPADA PLT ANGIN.

Dalam postingan yang dikomentari tersebut awalnya untuk menjelaskan kepada sebuah komentator lain, yang kemudian mendapatkan komentar dari yang lain lagi dan kuposting disini. Dalam postingan tersebut aku menuliskan bahwa :
Nuklir itu lebih berbahaya daripada Pembangkit Listrik Tenaga Angin, Pembangkit Listrik Tenaga Air, Pembangkit Listrik Tenaga Matahari/Surya.

Aku tidak membandingkan antara PLTN dengan PLTD (diesel/oil) maupun PLTB (batubara/coal), karena PLTD, PLTB maupun PLTN sama berbahaya dari sisi yang berbeda.

Jika kalimat "Nuklir itu lebih berbahaya daripada Pembangkit Listrik Tenaga Angin, Pembangkit Listrik Tenaga Air, Pembangkit Listrik Tenaga Matahari/Surya" merupakan sebuah hipotesa, maka aku rasa sangat banyak ahli yang bisa membuktikan hal ini.