Cerita Rakyat Dari DKI Jakarta Legenda Codet

Attayaya.net - Cerita Rakyat Dari DKI Jakarta Legenda Codet

Kisah ini diambil dari buku 366 Cerita Rakyat Indonesia dimana didalamnya terdapat cerita rakyat dari berbagai wilayah di Indonesia. Salah satunya Legenda Codet yang mana kini dikenal sebagai salah satu kawasan di Jakarta yaitu Condet. Berikut kisahnya!.

Yanis/pixabay

Pada abad ke – 18, tersebutlah seorang pangeran yang bernama Geger. Ia menjadi salah satu penguasa wilayah di Tanah Betawi. Ia sering dipanggil dengan nama Pangeran Codet, karena memiliki codet bekas luka di dahinya. Ia tinggal bersama istrinya yang bernama Polong dan kelima anaknya. Salah satu anaknya bernama Maemunah. Maemunah memiliki paras yang cantik jelita, sehingga menawan hati para pangeran dari berbagai wilayah.

Suatu hari, datanglah seorang pangeran dan Ujungpandang yang bernama Astawana. Ia sengaja datang ke Betawi untuk melamar Maemudah.
“Lamaran aye terima jika Tuanku mampu membuatkan dua rumah di dua tempat dalam waktu satu malam. Rumah itulah sebagai maskawinnya,” jawab Maemudah.

Astawana menyanggupinya. Ia segera berdo’a memohon pertolongan Tuhan. Berkat do’a dan kesaktiannya, Astawana berhasil mewujudkan permintaan Maemudah. Dua rumah itu kemudian disebut sebagai Batuampar dan Balekambang.

Karena syarat telah terpenuhi, maka dilaksanakanlah perkawinan Maemunah. Pesta amat meriah digelar. Aneka hiburan dipertunjukkan. Bunyi gambang kromong mengalun merdu menghibur para tamu yang hadir dalam pernikahan itu. Astawana dan Maemunah hidup berbahagia sebagai suami istri yang serasi.

Tak lama berselang, Geger atau Pangeran Codet meninggal dunia. Maemunah kemudian mewarisi tanah dari ayahnya dan menjadi penguasa di daerah itu. Untuk menghormati ayahnya, maka tanah tempat tinggal mereka kemudian disebut sebagai wilayah Codet atau Condet.
Beberapa tahun berlalu. Belanda mulai menginjakkan kakinya di Indonesia. Tak terkecuali ke wilayah Betawi. Tepatnya di sekitar Condet. Orang-orang Belanda itu mulai merampas tanah milik penduduk. Mereka merampasnya dengan kekerasan.

Bila ada yang melawan, tak segan-segan mereka bunuh. Salah satu orang Belanda yang tinggal di sekitar Condet adalah Jan Ament. Ia dikenal sebagai orang yang serakah. Tanahnya sudah luas, tapi ia merasa belum puas. Ia ingin menjadi tuan tanah paling kaya dan memiliki tanah paling luas di wilayah itu. Maka Maemunah yang memiliki tanah luas pun menjadi incarannya.

Sudah beberapa kali Jan Ament meminta tanah Maemunah. Namun Maemunah selalu menolak permintaan itu. Berkali-kali pula Maemunah diancam akan dibunuh oleh Jan Ament. Namun berkat kesaktian Astawana, Jan Ament dapat dikalahkan. Bahkan ia menjadi takut menganggu Maemunah lagi.

Jan Ament kemudian menggunakan akal licik untuk merebut tanah Maemunah. Akhirnya tanah Maemunah pun berhasil jatuh ke tangannya. Keturunan Jan Ament menjadi penguasa turun-temurun Condet dan sekitarnya.

Mereka membuat aturan yang memberatkan rakyat, Antara lain rakyat harus membayar sewa tanah setahun sekali, sedangkan anak lelaki wajib menyetor kompenian, yaitu semacam pajak sebesar 25 sen setiap minggunya.

Lama-kelamaan rakyat Condet tidak tahan dengan kesewenang-wenangan itu. Maka pada tahun 1916 rakyat Condet yang dipimping Entong Gendut melakukan perlawanan, namun mereka kalah kuat sehingga perjuangan pun gagal. Setelah Indonesia merdeka, hak-hak Jan Ament dihapus, sehingga Condet kembali menjadi milik rakyat.

Begitulah legenda Codet yang kini wilayahnya disebut Condet. Jadi bagi kalian yang tinggal di wilayah Condet, sudah tau kan kenapa daerah itu disebut Condet. Sejarah ini sebaiknya tidak dilupakan dan kisah-kisah ini diwariskan ke anak cucu agar mereka tau bagaimana sejarah tanah kelahirannya.