Literasi dan Masyarakat


Pengertian Literasi dan Manfaatnya Bagi Masyarakat

Pengertian Literasi

Literasi merupakan istilah yang sering kita dengar dalam dunia perbukuan. Secara konkrit literasi dapat dimaknai sebagai aktivitas keberaksaraan, yakni aktivitas atau kemampuan menulis dan membaca, budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. Membudayakan atau membiasakan untuk membaca, menulis itu perlu proses jika memang dalam suatu kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang belum ada atau belum terbentuk.

Jadi budaya literasi lebih dekat dengan dunia pendidikan, artinya keberadaan literasi di dalam suatu masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Meskipun manfaat lainnya akan lebih luas didapati dengan terlaksananya budaya literasi di tengah masyarakat.

Untuk menerapkan budaya literasi di tengah masyarakat, bisa dilakukan dengan beberapa pendekatan, diantaranya adalah:

  1. Pendekatan akses melalui fasilitas baca (buku dan non buku).
    Pemerintah dan pihak-pihak terkait perlu menyediakan fasilitas yang mendukung bagi terjalankannya budaya literasi dengan baik. Buku menjadi fasilitas utama masyarakat untuk bisa menerapkan budaya tersebut. Buku tidak hanya berbentu cetak namun juga berbagai bentuk digital yang mendukung.
  2. Kemudahan akses dengan cara mendapatkan bahan bacaan.
    Sarana dan prasarana yang mendukung harus tersedia, akses ke perpustakaan harus dipermudah. Berbagai bentuk fasilitas yang inovatif perlu digerakkan oleh pihak pemerintah dan berbagai lembaga terkait.
  3. Murah / Tanpa biaya (gratis).
    Literasi menghendaki kemudahan masyarakat untuk mengakses sarana-sarananya termasuk dengan harga yang murah hingga gratis. Terkadang orang sering beralasan tidak mau membaca buku karena mahal harganya, dengan adanya pendekatan ini diharapkan alasan ini tak ada lagi.
  4. Menyenangkan dengan segala keramahan.
    Penjaga pustaka dan pusat-pusat sarana literasi diharapkan mampu menyajikan pelayanan yang ramah dan bersahabat sehingga orang akan nyaman dan sedang membaca atau menulis di suatu tempat.
  5. Keberlanjutan / Continue / istiqomah

"Kemauan yang kuat dari semua pihak untuk mewujudkan masyarakat yang berliterasi akan mampu mewujudkan budaya yang berkelanjutan di masyarakat."


Manfaat Literasi Bagi Masyarakat

Adanya budaya literasi yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat diharapkan mampu memberikan imbas manfaat secara langsung bagi kehidupan masyarakat. Beberapa manfaat keberadaan literasi bagi masyarakat diantaranya sebagai berikut:

  1. Meningkatkan kualitas pendidikan formal dan non formal masyarakat melalui tradisi baca tulis yang dikembangkan dalam literasi.
  2. Mempermudah masyarakat mendapatkan akses informasi melalui bacaan baik cetak maupun digital.
  3. Menyuburkan iklim akademis di sekolah maupun kampus sehingga diharapkan output lulusan perguruan tinggi maupun sekolah semakin meningkat kualitasnya.
  4. Membuka peluang-peluang ekonomi baru, misalnya lapangan kerja dan meningkatkan iklim bisnis di bidang literasi.


Indonesia secara umum masih memiliki budaya literasi yang rendah dibandingkan negara-negara tetangga bahkan dunia. Tingkat pendidikan penduduk Indonesia juga merupakan faktor yang mempengaruhi keterbelakangan bangsa indonesia dalam budaya literasi. Bagaimana bisa menyusul ketertinggalan dalam literasi jika penduduknya saja masih mengecam pendidikan yang rendah. Pendidikan memang menjadi kunci dalam keberhasilan budaya literasi. Dengan kata lain, pendidikan adalah ujung tombak budaya literasi. Tingkat literasi siswa indonesia masih jauh tertinggal dari siswa negara lainnya. Dengan kata lain, dalam skala internasional, siswa Indonesai belum kompetitif. Siswa merupakan penduduk suatu negara. Oleh sebab itu, tingkat literasi penduduk berpengaruh pada perkembangan bangsa.

Akan tetapi jika kita bersungguh-sungguh, sebenarnya fenomena di atas bisa kita balikkan. Dengan menggalakan budaya baca tulis di tengah masyarakat, maka sedikit demi sedikit akan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia yang masih rendah. Namun tentunya ini bukan lah hal yang mudah. Perlu keseriusan dari semua pihak dan tentunya harus digalakkan dalam jangka panjang dan selalu dievaluasi.

Menerapkan budaya literasi di masyarakat memang bukan perkara mudah. Diperlukan tahapan dan pendekatan yang inovatif. Sebab masyarakat kita masih cukup asing dengan istilah ini. Semua pihak butuh saling bersinergi untuk mewujudkan budaya literasi tersebut. Diantaranya kalangan pemerintah, komunitas literasi, swasta, pihak akademisi seperti kampus dan sekolah, tokoh budayawan dan sebagainya. Dengan sinergi yang baik, pelan-pelan masyarakat akan dapat menerima budaya literasi secara bertahap dan akhirnya menjadi budaya.

Ingat jangan paksa masyarakat membaca jika itu belum menjadi budaya. Masuklah mengikuti budaya yang ada, perlahan tapi pasti “membiasakan membaca” akan mudah bagi masyarakat jika kita sudah mengenal budayanya, kita sudah mengenal tokoh masyarakat, kita sertakan partisipasi masyarakat. Perlu keahlian khusus bagi pustakawan jika memang tujuan mencerdasakan masyarakat melalui TBM.

Masyarakat transmigrasi misalnya yang tidak terbiasa membaca, aktivitasnya di perkebunan karet dan sawit, maka pendekatan yang dilakukan adalah layanan ke kelompok pada sore hari, mengajak anak anak bermain. Ketika layanan ke sekolah mobil perpustakaan melakukan berbagai kegiatan, diantaranya memberikan fasilitas majalah dinding supaya anak anak imajinasi dan karyanya bisa di pajang. Akhirnya dengan seringnya Mobil Perpustakaan keliling datang terbentuklah kebiasaan membaca pada masyarakat tersebut, bahkan ketika mobil berhalangan hadir maka masyarakat menanyakannya melalui sms dan telp.


Hubungan Literasi dan Kesejahteraan Masyarakat

Rendahnya budaya literasi suatu bangsa biasanya berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Masyarakat belum berpikir untuk membeli sebuah buku manakala untuk makan saja sulit. Oleh karena itu wajar jika Indonesia memiliki budaya literasi yang rendah karena memang kondisi ekonominya masih terbilang miskin. Jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa misalnya, literasi menjadi budaya yang cukup tinggi sebaba secara ekonomi pun masyarakat Eropa sudah cukup mapan.

Maka tak heran jika penulis-penulis di Barat dan Eropa mampu menjadikan profesi penulis sebagai pekerjaan tetap masyarakatnya. Hal ini berbeda kondisi dengan Indonesia. Di Indonesia kebanyakan penulis adalah kaum perempuan, karena secara ekonomi memang kurang menjanjikan berprofesi sebagai penulis. Kaum lelaki belum bisa menjadikan penulis sebagai pekerjaan untuk menafkahi keluarganya mengingat penjualan buku di Indonesia sendiri masih terbilang rendah.


Riau Propinsi Literasi

Tidak main-main, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pada kunjungannya ke Riau pertengahan bulan Maret tahun 2016 secara resmi telah menetapkan Riau sebagai salah satu propinsi literasi di Indonesia. Hal ini menimbang dan mengingat Riau merupakan propinsi besar yang memiliki sejarah literasi yang unggul di tingkat nasional dan dunia. Budaya melayu sebagai akar dari budaya Indonesia telah melahirkan banyak sastrawan dan kalangan intelektual literasi dalam sejarahnya. Sebut saja Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri asal Riau, Raja Ali Haji yang dikenal dengan Gurindam 12 nya dan masih banyak lagi yang lain. Penetapan propinsi literasi bagi Riau diharapkan mampu mendorong Riau untuk terus mempertahankan sejarah literasi yang bagus di Riau. Oleh sebab itu, diperlukan peran yang sinergi dari pemerintah dan masyarakat Riau untuk mewujudkan Riau Propinsi Literasi seperti yang diharapkan pemerintah pusat. (SGTI)