Green Marketing | Pemasaran Hijau | Pemasaran Berwawasan Lingkungan Hidup

Green marketing sebagai salah satu istilah dalam ilmu pemasaran sebenarnya telah lama muncul yaitu sekitar tahun 80-an akhir. Lompatan baru dunia marketing/pemasaran dikejutkan dengan buku John Grant yang berjudul "The Green Marketing Manifesto" membuat kepekaan dunia usaha makin tinggi terhadap lingkungan hidup. Pada saat-saat itulah berbagai merek mendapatkan milestone-nya seperti The Body Shop (TBS), Ecover, Naturals Range dan Down to Earth. Istilah Green Marketing juga mempunyai kesamaan dengan istilah Environmental Marketing and Ecological Marketing.

Ledakan dunia pemasaran selanjutnya adalah munculnya buku Green Consumer oleh Joel Makower yang fenomenal. Walaupun buku tersebut kebanyakan menceritakan kegagalan pemasaran berbagai produk yang ramah lingkungan. Produk ramah lingkungan hanya menjadi angan-angan dan idealisme semata, tidak ramah dalam penjualan dan pencapaian tujuan perusahaan.

Produk ramah lingkungan umumnya diidentikkan dengan produk yang mahal lalu keadaan konsumen yang tidak peduli lingkungan hidup. Walaupun penelitian AC Nielsen di Indonesia menyebutkan menunjukkan bahwa 66% responden penelitian sangat peduli akan lingkungan hidup, 69 % sangat peduli soal global warming, 72 % sangat peduli soal kelangkaan air, dan 80 % sangat peduli soal polusi air. Tapi itu hanya sebatas pertanyaan penelitian. Masih sangat diragukan pelaksanaannya. Maksudnya, dari responden yang meneliti harus ditanya lagi,
"Apa saja yang telah anda lakukan untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup?".

Perdebatan pun juga muncul antara pengusung Green Marketing beserta Penyelamat Lingkungan dengan kelompok yang pesimis dengan hal tersebut. Tetapi pada kenyataannya bahwa produk-produk ramah lingkungan meningkat dalam hal kuantitas dan kualitas (misalnya pada pelabelan Energy Star pada komputer, mesin pencuci baju, lampu hemat energi, dll yang terus meningkat tajam). Demikian juga dengan pelabelan "Eco Label". Bagi yang pesimis, tetap mempertanyakan standarisasi atas semua pelabelan tersebut, karena menurut mereka masih ada perusahaan yang tidak wajar memasang Eco Label (ekolabel).

Green marketing sebagai konsep strategi pemasaran produk oleh produsen bagi kebutuhan konsumen yang peduli lingkungan hidup. Dapat juga berarti konsep strategi pemasaran produk produsen yang peduli lingkungan hidup bagi konsumen. Hal ini juga bisa digabungkan antara keduanya, produsen yang peduli lingkungan hidup memasarkan produknya kepada konsumen yang peduli lingkungan hidup. Apapun itu, pada dasarnya kedua belah pihak diuntungkan dengan nilai tambah bahwa orang-orang disekitarnya pun mendapatkan keuntungan atas keadaan lingkungan yang makin membaik.

Green Marketing (Pemasaran Hijau) telah mulai banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia (hal ini akan diposting secara khusus). Baik Green Marketing yang mengedepankan Green-Input, Green-Process, maupun Green-Output serta segala hal yang berhubungan dengan penyelamatan lingkungan hidup yang dilakukan oleh perusahaan. Seperti yang diketahui, Proses produksi (barang-atau jasa) yang kemudian dijual kepada konsumen mempunyai 3 tahap secara garis besar : input - process - output. Marketing berusaha menjual produk perusahaan dengan berbagai strategi untuk mencapai tujuan perusahaan.

Gerakan Green Marketing, Green Consumer, Environmental Marketing and Ecological Marketing atau apapun istilahnya semoga dapat lebih menyelamatkan lingkungan hidup, dan sebagai pertanggungjawaban perusahaan terhadap kerusakan lingkungan (environment burden) secara langsung maupun tidak langsung.

Green Marketing for Sustainable Environment

Definisi :
Green Consumer adalah merupakan konsumen yang peduli lingkungan hidup. Para pembeli (konsumen) yang dipengaruhi kepedulian lingkungan hidup dalam pembelian suatu produk. Sebagai contoh : konsumen yang peduli akan lingkungan hidup akan lebih menyukai pembelian minyak yang bebas dari campuran timah. Tekanan-tekanan dari kelompok seperti Friends of the Earth atau Greenpeace telah mendorong perusahaan-perusahaan untuk melakukan metode produksi dan pembuangan limbah guna mengurangi tingkat pencemaran.

Green Product (produk yang berwawasan lingkungan) adalah merupakan suatu produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan pengkonsumsiannya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian bahan baku yang dapat didaur ulang.
(Kamus Lengkap Ekonomi Collins, Christopher Pass dan Bryan Lowes, hal 269-270)

Green marketing is the marketing of products that are presumed to be environmentally safe.
Other similar terms used are Environmental Marketing and Ecological Marketing.
(Wikipedia)

Marketing (pemasaran) adalah merupakan proses manajerial dalam mengindentifikasi kebutuhan pelanggan dan memuaskan mereka dengan cara memberikan produk-produk yang layak dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Pemasaran berurusan dengan hal-hal yang lebih luas daripada hanya sekedar menjual apa yang diproduksi oleh perusahaan, akan tetapi semua hal dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan utama konsumen melalui riset pasar (market survey/research); menghasilkan produk-produk yang memuaskan kebutuhan tersebut melalui pengembangan produk baru (new product development), mempromosikan produk-produk tersebut kepada para konsumen melalui beraneka ragam kebijakan campuran/bauran pemasaran (marketing mix = harga, iklan, promosi penjualan, dll), dan mendistribusikan produk-produk ke konsumen melalui saluran-saluran distribusi (distribution channel).
(Kamus Lengkap Ekonomi Collins, Christopher Pass dan Bryan Lowes, hal 397)



Sumber bacaan :
berbagai edisi majalah National Geographic
berbagai edisi majalah Intisari
berbagai edisi majalah Readers Digest
berbagai edisi majalah Marketing
Kamus Lengkap Ekonomi Collins, Christopher Pass dan Bryan Lowes
Wikipedia
Eco-Innovation J. Ottman Consulting

Avoiding Green Marketing Myiopia
Ways to Improve Consumer Appeal for Environmentally Preferable Products
by Jacquelyn A. Ottman,
Edwin R. Stafford,
and Cathy L. Hartman